Perjanjian Bongaya


Isi Perjanjian Bongaya dan Latar Belakangnya

Sejarah Perjanjian Bongaya. Dua orang yang terkenal sebagai pembawa agama Islam ke Sulawesi Selatan adalah Dato' ri Bandang dan Sulaiman. Pada tahun 1605 Masehi, mereka berhasil mengislamkan para pejabat tinggi kerajaan. Kraeng Matoaya, yang menjadi Raja Gowa, kemudian diangkat menjadi Raja Makasar dan setelah masuk Islam bergelar Sultan Alaudin.


Sebutkan Isi Perjanjian Bongaya

Perjanjian yang disepakati pada tanggal 18 November tahun 1667 ini dibuat sebagai bukti berakhirnya perang Makassar dari tahun 1666-1667. Setelah Perjanjian Bongaya diterapkan, Kerajaan Gowa-Tallo sadar kalau kebanyakan isi perjanjian merugikan kerajaannya. Karena tidak terima atas perjanjian yang tidak adil ini, Kerajaan Gowa-Tallo terus.


Apa Isi Perjanjian Bongaya

Peperangan besar menjadi latar belakang dari lahirnya perjanjian Bongaya. Perlawanan Kerajaan Gowa menghadapi Belanda mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, putra Sultan Muhammad Said dan cucu Sultan Alaudin pada tahun 1653-1669. Selain menghadapi Belanda, Sultan Hasanuddin juga harus menghadapi perlawanan Aru Palaka dari Soppeng-Bone pada tahun 1660.


Sejarah Perjanjian Bongaya Cara Belanda Lemahkan Kesultanan Gowa

Sultan Hasanuddin, Foto; p2k.unugha.ac.id. Setelah mengetahui latar belakang di balik peristiwa Perjanjian Bongaya, waktu ditandatanganinya Perjanjian Bongaya juga perlu diketahui. Perjanjian Bongaya yang melibatkan Kesultanan Gowa-Tallo dan pihak VOC ditandatangani pada 18 November 1667 Masehi. ADVERTISEMENT.


Memahami Mengenai Isi Perjanjian Bongaya

Isi perjanjian bongaya dijabarkan dalam 30 poin atau pasal, yaitu: 1. Belanda meminta diberlakukkaannya perjanjian antara pemerintah Makassar dengan Komisioner VOC Jacob Cau pada tanggal 2 Desember 1960 serta Perjanjian yang ditandatangi oleh pemerintah di Makassar 'Gowa' dan Gubernur Jenderal, Dewan Hindia, dan Karaeng Papo pada tanggal 19.


Perjanjian Bongaya

Perjanjian Bongaya pada 1667 menjadi rangkaian babak akhir peperangan antara Kesultanan Gowa melawan VOC yang sudah berlangsung sejak awal 1660. Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani perjanjian setelah Gowa menelan beberapa kali kekalahan dari Belanda. Dikutip dari Sejarah Maritim Indonesia (2006) karya Agus Supangat dan kawan-kawan, banyak.


(DOC) ISI PERJANJIAN BONGAYA DAN ALASANNYA Septian Raha Academia.edu

Perjanjian Bungaya (sering juga disebut Bongaya atau Bongaja, bahasa Belanda: Bongaaisch Contract) adalah perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya antara Kesultanan Gowa yang diwakili oleh Sultan Hasanuddin dan pihak VOC yang diwakili oleh Laksamana Cornelis Speelman. [1] Meski disebut perjanjian perdamaian, isi sebenarnya adalah deklarasi kekalahan.


Apa Isi Perjanjian Bongaya

Latar Belakang Perjanjian Bongaya. Peperangan yang terjadi antara pihak Kesultanan Gowa, Makassar melawan pihak VOC Belanda telah berlangsung sejak awal tahun 1660. Peperangan ini mencapai puncaknya diantara tahun 1666 hingga tahun 1669. Pada saat itu Belanda tak pernah berhenti untuk menguasai perdagangan di wilayah Kesultanan Gowa yang.


Perjanjian Bongaya

Isi perjanjian Bongaya. Perjanjian yang ditandatangani oleh Karaeng Popo, duet pemerintah di Makassar (Gowa) dan Gubernur-Jendral, serta Dewan Hindia di Batavia pada tanggal 19 Agustus 1660, dan antara pemerintahan Makassar dan Jacob Cau sebagai Komisioner Kompeni pada tanggal 2 Desember 1660 harus diberlakukan.


Jiwa Sejarah 15.1 Mengenal Isi Perjanjian Bongaya 18 November 1667 ( Episode 1 ) YouTube

Isi Perjanjian Bongaya. Perjanjian Bongaya dilakukan pada 18 November 1667 Masehi di daerah Bongaya. Dalam perjanjian tersebut, Sultan Hasanuddin harus mengakui pemerintahan dan kekuasaan Belanda (VOC) di Makassar. Berikut isi lengkapnya: Makassar harus mengakui monopoli VOC. Wilayah Makassar dipersempit hingga tinggal Gowa saja.


Jiwa Sejarah 15.2 Mengenal Isi Perjanjian Bongaya 18 November 1667 (Episode 2) YouTube

Latar Belakang Perjanjian. Perjanjian Bongaya dilatarbelakangi oleh VOC yang ingin melemahkan kekuasaan Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa saat itu sangat kuat dan mengancam posisi VOC dalam berdagang. Oleh karena itu, VOC pun ingin melemahkan bahkan menyingkirkan kerajaan ini.


Perjanjian Bongaya 18 November 1667, Siasat VOC Redam Perang Makassar

Perjanjian Bongaya untuk mengakhiri perang besar-besaran antara Kerajaan Gowa dengan VOC. Perang yang dilatarbelakangi monopoli rempah-rempah oleh VOC di kawasan timur. Perlawanan Kerajaan Gowa dalam menghadapi VOC mencapai puncak pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, putera Sultan Muhammad Said dan cucu Sultan Alaudin pada 1653-1669 Masehi.


SEJARAH PERANG MAKASSAR PERANG DIAKHIRI DENGAN PERJANJIAN BONGAYA RUNTUHNYA BENTENG SOMBA

Sejarah Perjanjian Bongaya - Perjanjian Bongaya adalah suatu perjanjian yang dilakukan pada tanggal 18 November 1667 yang isinya mengatur hubungan antara Kerajaan Gowa dan VOC Belanda. Perundingan ini juga disebut sebagai perjanjian Bungaya atau Bongaja. Hasil perjanjian Bongaya sangat mengutungkan pihak VOC atau Belanda dan sangat merugikan Kerajaan Gowa.


Perjanjian Bongaya PDF

Perjanjian Bongaya disepakati pada 18 November 1667 Masehi di daerah Bongaya, Provinsi Sulawesi Selatan. Meskipun disebut sebagai perjanjian, Perjanjian Bongaya kebanyakan berisi hal-hal yang merugikan Kerajaan Gowa. Lebih lanjut, simak sejarah Perjanjian Bongaya yang dihimpun dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII oleh.


Perjanjian Bongaya Latar Belakang, Tokoh, Isi, dan Dampaknya Laman 2 dari 3

Jakarta - . Perjanjian Bongaya adalah perjanjian yang ditandatangani oleh Sultan Hasanuddin sebagai wakil dari Kesultanan Gowa, atas kemenangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada 18 November 1667 yang diwakili oleh Laksamana Cornelis Speelman. Perjanjian ini menjadi simbol perdamaian. Sultan Hasanuddin juga kemudian diberi julukan "Ayam Jantan dari Timur" oleh Speelman.


Perjanjian Bongaya Adalah Perjanjian Antara Sultan Hasanudin Dan Voc pohon dadap daun dadap serep

Perjanjian Bongaya merugikan Kerajaan Gowa-Tallo, padahal perjanjian awalnya dibuat untuk tujuan perdamaian. Sejarah Perjanjian Bongaya: Cara Belanda Lemahkan Kesultanan Gowa VOC memastikan dominasi perdagangannya di Sulawesi Selatan setelah Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya.